“SOSIALISASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MASYARAKAT DALAM KEPESERTAAN BPJS KESEHATAN DI RT 02 RW 27 MOJOSONGO”
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TA 2019/2020 SEMESTER GANJIL
oleh : Sri Nurul Kur’aini, SKM., MKM (Dosen Prodi ARS UKH)
Pengabdian masyarakat merupakan kewajiban dosen dalam kontribusi melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dosen Universitas Kusuma Husada Surakarta dan mahasiswa pada semester ini memutuskan untuk melakukan pengabdian kepada Masyarakat Sosialisasi Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Kepesertaan Bpjs Kesehatan Di Rt 02 Rw 27 Mojosongo. Minat masyarakat untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan sebagian besar dipengaruhi olehbeberapa faktor diantaranya faktor pengetahuan, faktor sosialisasi dan faktor pembiayaankesehatan. Sosialisasi merupakan tahap utama masyarakat untuk mendapatkan pengetahuanmengenai informasi tentang BPJS Kesehatan, adanya sosialisasi yang maksimal akanmeningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap BPJS Kesehatan sehingga dengan sendirinyamasyarakat akan memiliki minat untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan.
Salah satu faktor yang menjadi penyebab rendahnya perilaku kesehatan adalah karena masih kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan. (Notoatmodjo, 2007). Akibat yang dapat terjadi jika rendahnya perilaku keluarga sadar gizi adalah dapat menimbulkan masalah gizi seperti gizi kurang, gizi buruk, kekurangan vitamin A, berat bada bayi di bawah garis merah, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, dsb. (Depkes, 2008). Selain itu, menurut Departemen Kesehatan RI (2008) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan masalah gizi di tingkat keluarga juga dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga, serta pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan lingkungan. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini diharapkan agar keluarga mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif dalam keluarga agar mau menerapkan cara hidup sehat dalam kehidupan sehari-harinya atas keasadaran dan dengan kemauan sendiri. Selain itu, dengan adanya pendidikan kesehatan khususnya pendidikan gizi dimaksudkan untuk meningkatkan status gizi penderita melalui bimbingan penyusunan menu makanan dan melakukan evaluasi terhadap peningkatan status gizi melalui pemantauan kenaikan berat badan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di RT 02 RW 27 Mojosongo ini memberikan efek yang sangat baik terhadap pegetahuan masyarakat dimana terdapat peningkatan dari 15% menjadi 90% dari total masyarakat yang mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Kegiatan ini juga telah dapat berlangsung dengan baik dan tidak ditemukan kendala. Hanya saja karena situasi saat ini yang masih dalam masa pandemi maka kegiatan penyuluhan dilakukan secara door to door ke setiap rumah warga. Sebagian besar masyarakat menunjukkan respon yang positif saat dilakukan kunjungan rumah. Masyarakat juga sangat antusias dan aktif mengajukan pertanyaan terkait materi penyuluhan yang diberikan. Pada saat monitoring dan evaluasi, masyarakat dengan antusias menceritakan perubahan perilaku yang dilakukan baik oleh masyarakat itu sendiri.
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. (Notoatmodjo, 2003). Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa setidaknya kita membutuhkan paling sedikit 21 hari untuk mempraktekkan suatu perilaku baru dalam upaya menjadikan perilaku baru tesebut menjadi suatu kebiasaan.
Daftar Pustaka
Depkes RI. 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009. Jakarta.
Depkes RI. 2007. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Badan Litbangkes, Jakarta. Depkes RI, 2007. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, Pedoman Pendamping Keluarga Menuju Kadarzi, Jakarta.
Depkes RI, 2007. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi, Jakarta
